Bagi setiap muslim yang menunaikan ibadah haji atau umrah, ihram adalah langkah pertama yang harus dilakukan. Namun, banyak yang keliru menganggap ihram hanya sebatas mengenakan pakaian putih tanpa jahitan. Padahal, ihram lebih dari sekadar pakaian—ia adalah niat yang mengawali perjalanan suci menuju tanah haram.

Saat seorang jamaah memasuki keadaan ihram, ia bukan hanya mengenakan pakaian khusus, tetapi juga berkomitmen untuk menaati aturan-aturan ibadah dengan sepenuh hati. Mulai dari menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan hingga melaksanakan serangkaian amalan yang telah ditentukan.

Apa Itu Ihram?

Secara bahasa, ihram berarti “menahan” atau “melarang”. Dalam konteks ibadah haji dan umrah, ihram adalah niat yang diucapkan sebelum memasuki miqat, yang menandakan kesiapan seseorang untuk menunaikan ritual suci. Sejak saat itu, segala bentuk pelanggaran terhadap aturan ihram harus dihindari, sebab konsekuensinya bukan hanya berdampak pada sah atau tidaknya ibadah, tetapi juga mengharuskan jamaah membayar denda atau kafarat.

Ihram menjadi tanda dimulainya ibadah haji atau umrah, dan baru berakhir setelah jamaah melakukan tahallul, yakni mencukur atau memotong rambut minimal tiga helai sebagai simbol kembali ke keadaan normal.

Tata Cara Ihram

Proses ihram dimulai dari miqat, titik yang telah ditentukan berdasarkan wilayah asal jamaah. Sebagai contoh, jamaah dari Indonesia biasanya mengambil miqat di Jeddah.

Sebelum berniat ihram, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan:

  1. Menyucikan diri, termasuk mandi, mencukur rambut atau bulu yang dianjurkan, serta memotong kuku.
  2. Mengenakan pakaian ihram sesuai ketentuan.
    • Untuk pria: mengenakan dua helai kain putih yang tidak dijahit—satu untuk menutupi tubuh bagian bawah, satu lagi diselempangkan di bahu.
    • Untuk wanita: memakai pakaian muslimah longgar yang menutup aurat, tanpa cadar atau sarung tangan.
  3. Melaksanakan shalat sunnah ihram dua rakaat.
  4. Membaca niat haji atau umrah, yang menjadi tanda resmi masuknya seseorang ke dalam keadaan ihram.
  5. Mengumandangkan talbiyah dengan kalimat:
    Labbaika Allahumma labbaik, labbaika laa syariika laka labbaik. Innal hamda wanni’mata laka wal mulk, laa syariikaa laka.
    (“Ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu. Segala puji, nikmat, dan kerajaan hanya milik-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu.”)

Sejak saat itu, jamaah memasuki fase ibadah yang lebih khusyuk, dengan batasan-batasan tertentu yang harus dijaga.

Larangan Ihram

Ketika seseorang sudah berniat ihram, ada beberapa aturan yang wajib dipatuhi. Larangan-larangan ini bukan sekadar aturan formalitas, tetapi bagian dari disiplin spiritual yang membentuk keikhlasan dan kesabaran dalam beribadah.

Beberapa larangan utama selama ihram antara lain:

  1. Melakukan maksiat atau kejahatan, seperti mencuri, membunuh, atau bertengkar.
  2. Berdebat atau bertengkar, yang dapat mengganggu kekhusyukan ibadah.
  3. Memotong rambut atau kuku, kecuali dalam kondisi darurat.
  4. Bersenggama, karena dapat membatalkan ibadah haji atau umrah.
  5. Berburu atau membunuh hewan, serta menebang pohon atau mencabut rumput di tanah haram.
  6. Menikah atau menikahkan orang lain, sebab akad nikah dalam keadaan ihram dianggap tidak sah.
  7. Menggunakan wangi-wangian, baik di badan maupun pakaian.
  8. Memakai pakaian yang dijahit (khusus pria), sedangkan wanita tidak boleh mengenakan cadar atau sarung tangan.

Setiap pelanggaran terhadap larangan ihram mengharuskan jamaah membayar denda, baik berupa menyembelih seekor kambing, berpuasa tiga hari, atau memberi makan orang miskin.

Ihram: Awal dari Perjalanan Suci

Lebih dari sekadar aturan, ihram adalah bentuk kesiapan total seorang hamba dalam menghadap Allah. Saat seorang jamaah mengenakan pakaian putih, meninggalkan segala perhiasan duniawi, dan berniat dengan tulus, ia sedang memasuki perjalanan spiritual yang akan mengubah hidupnya.

Ihram bukan sekadar kain, bukan sekadar larangan—ia adalah panggilan hati untuk berserah sepenuhnya kepada Allah, meninggalkan kesibukan dunia, dan fokus pada perjalanan menuju keabadian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *