Bayangkan Anda sedang berada di Masjidil Haram, mengelilingi Ka’bah bersama ribuan jemaah lainnya. Di sudut Ka’bah, Hajar Aswad menjadi pusat perhatian. Ratusan orang berdesakan, saling dorong, bahkan ada yang sampai terjatuh, hanya demi menyentuh atau mencium batu hitam ini.

Sebagian jemaah percaya bahwa tanpa menyentuh Hajar Aswad, ibadah haji atau umrah mereka belum sempurna, bahkan bisa tidak diterima. Tapi, benarkah keyakinan ini sesuai dengan ajaran Islam?

Asal-Usul Keyakinan Ini

Hajar Aswad memang memiliki sejarah panjang dalam Islam. Rasulullah SAW sendiri mencium batu ini saat tawaf. Namun, dari sinilah muncul kesalahpahaman bahwa mencium atau menyentuhnya adalah syarat sah haji dan umrah.

Sebagian jemaah juga menganggap Hajar Aswad memiliki keberkahan luar biasa, sehingga mereka berpikir bahwa menyentuhnya bisa menghapus dosa atau menjamin diterimanya ibadah mereka.

Fakta dalam Islam

Dalam ajaran Islam, menyentuh atau mencium Hajar Aswad bukanlah syarat sahnya haji atau umrah. Rasulullah SAW memang menciumnya, tetapi beliau juga mengajarkan bahwa jika sulit untuk mencapainya, cukup melambaikan tangan ke arahnya.

Hadits dari Umar bin Khattab RA menunjukkan pemahaman ini:
“Demi Allah, aku tahu bahwa engkau hanyalah sebuah batu yang tidak dapat memberikan manfaat atau mudarat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menegaskan bahwa Hajar Aswad hanyalah batu penanda awal tawaf, bukan batu yang memiliki kekuatan khusus untuk menjamin diterimanya ibadah seseorang.

Dampak Buruk Kepercayaan yang Salah

Cara yang Benar dalam Menyikapi Hajar Aswad

Daripada terjebak dalam mitos, lebih baik memahami makna ibadah haji dan umrah dengan benar, serta menjalankannya sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Yang terpenting bukanlah menyentuh batu, tetapi menyempurnakan ibadah dengan niat yang tulus dan amalan yang benar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *